Beberapa tahun lalu, saya hanya bisa membayangkan betapa indahnya berada di depan Ka’bah, melihatnya langsung dengan mata kepala sendiri, bukan hanya dari layar televisi atau foto-foto teman yang sudah pernah ke sana. Doa itu saya ucapkan setiap selesai shalat. Hingga suatu hari, kesempatan itu benar-benar datang, dan yang membuatnya istimewa adalah saya berangkat langsung dari Lombok, tanpa harus transit di kota besar terlebih dahulu.
Saya percaya, setiap perjalanan umroh punya ceritanya masing-masing. Bagi saya, semuanya dimulai dari pencarian biro perjalanan yang tepat. Saya ingin paket yang bukan hanya sekadar mengurus tiket dan hotel, tapi juga memastikan kenyamanan, pendampingan ibadah, dan rasa aman sepanjang perjalanan. Itulah saat saya menemukan paket umroh Lombok yang benar-benar memahami kebutuhan jamaah dari daerah kami.
Kenapa Memilih Keberangkatan Langsung dari Lombok Itu Berbeda
Banyak orang tidak menyadari betapa besar bedanya ketika bisa berangkat langsung dari Lombok. Tidak ada drama mengejar pesawat lanjutan, tidak perlu menunggu berjam-jam di bandara lain, dan yang paling penting: energi tetap terjaga untuk ibadah.
Saya masih ingat, di hari keberangkatan, suasana di Bandara Internasional Lombok sudah penuh dengan senyum dan salam hangat antarjamaah. Beberapa di antara kami baru pertama kali bertemu, tapi rasanya seperti sudah kenal lama. Ada rasa kebersamaan sejak awal—dan itu yang membuat perjalanan ini semakin berkesan.
Pendamping Ibadah yang Sabar dan Ramah
Salah satu hal yang paling saya syukuri dari perjalanan ini adalah keberadaan mutawif yang sabar. Mereka bukan hanya membimbing tata cara ibadah, tetapi juga memberikan penjelasan sejarah yang membuat setiap langkah terasa lebih bermakna.
Saat pertama kali melihat Masjid Nabawi, saya terdiam. Bangunan megah dengan sejarah luar biasa itu membuat hati saya bergetar. Mutawif mendekat dan mengingatkan, “Nikmati setiap detik di sini. Jangan terburu-buru, karena setiap langkah adalah doa.” Nasihat sederhana itu membuat saya lebih fokus dan khusyuk.
Penginapan Dekat Masjid
Saya tidak pernah membayangkan betapa nyamannya bisa menginap hanya beberapa menit berjalan kaki dari Masjid Nabawi dan Masjidil Haram. Rasanya seperti punya kemewahan waktu untuk shalat berjamaah kapan pun. Tidak perlu khawatir soal transportasi, dan setiap pulang ke hotel pun selalu ada hidangan hangat yang siap disantap bersama rombongan.
Cerita dari Sesama Jamaah
Ada satu cerita dari Pak Ahmad, seorang jamaah dari Praya. Ia bercerita bahwa ini adalah perjalanan umroh keduanya, dan alasan ia kembali memilih biro ini sederhana: pelayanan yang konsisten dan profesional. “Sekali cocok, kenapa ganti?” katanya sambil tersenyum.
Lalu ada Ibu Salmah dari Sumbawa yang awalnya merasa ragu karena ini adalah perjalanan luar negeri pertamanya. Namun, sejak keberangkatan, ia merasa tenang karena semua proses dibantu dengan detail—mulai dari pengurusan dokumen, pengaturan kamar, hingga jadwal ziarah.
Fasilitas yang Memahami Kebutuhan Jamaah NTB
Bagi jamaah dari Lombok Timur, Bima, atau Dompu, jarak ke Mataram bisa menjadi tantangan. Untungnya, biro ini memiliki perwakilan di berbagai daerah, sehingga proses pendaftaran bisa dilakukan lebih dekat dengan rumah. Bahkan, jika ingin, petugas siap membantu secara langsung untuk pengurusan dokumen dan informasi keberangkatan.
Kelebihan lainnya adalah fleksibilitas jadwal. Beberapa jamaah memilih berangkat saat liburan sekolah agar bisa bersama keluarga, sementara yang lain memilih di bulan Ramadhan untuk merasakan suasana ibadah yang berbeda. Semua itu bisa diatur sesuai kebutuhan.
Mengapa Banyak Jamaah Kembali Memilih Biro yang Sama
Dalam perjalanan ini saya belajar bahwa kepercayaan bukan hanya dibangun dari satu keberangkatan, tetapi dari pengalaman yang konsisten. Banyak jamaah yang saya temui ternyata sudah lebih dari sekali berangkat bersama biro yang sama. Alasannya? Pelayanan yang tulus, pendampingan ibadah yang profesional, dan rasa kekeluargaan yang tidak dibuat-buat.
Umroh Sebagai Perjalanan Hati
Bagi saya, umroh bukan sekadar bepergian. Ini adalah perjalanan hati. Dan ketika perjalanan hati ini dibimbing oleh orang-orang yang memahami setiap detail kebutuhan jamaah, hasilnya adalah ketenangan dan kebahagiaan yang sulit digambarkan.
Malam terakhir di Mekkah, saya berdiri di pelataran Masjidil Haram, menatap Ka’bah yang diterangi lampu-lampu. Saya berdoa agar suatu hari bisa kembali lagi. Dan dalam hati, saya tahu, jika saat itu datang, saya akan memilih jalur yang sama—berangkat langsung dari Lombok dengan layanan yang sudah saya percayai.